
SAHABAT GMMI | Ketika berbicara tentang 10 Muharram, tidak dapat dipungkiri bahwa tanggal yang dikenal sebagai Hari Asyura ini memiliki makna yang sangat penting dalam sejarah keislaman. Salah satu aspek yang membuatnya begitu istimewa adalah kisah mengenai Hari Lebaran Anak Yatim yang terkait erat dengan peristiwa pada tanggal tersebut.
Sejarah 10 Muharram sebagai Hari Lebaran Anak Yatim
Pada hari 10 Muharram merupakan peristiwa yang menjadi momen bersejarah bagi umat Islam. Tanggal ini dikenal dengan Hari Asyura, di mana berbagai kejadian penting terjadi, seperti pembebasan Nabi Musa AS dan kaum Bani Israel dari penindasan Fir’aun, serta peristiwa terjadinya Pertempuran Karbala yang tragis dalam sejarah Islam yang melibatkan cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husain bin Ali dan kaumnya.
Keutamaan Menyantuni Anak Yatim
Lebaran Anak Yatim di 10 Muharram memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya kepedulian terhadap sesama, terutama anak yatim. Menyantuni anak yatim merupakan salah satu amal yang sangat dianjurkan dalam Islam. Hal ini sejalan dengan ajaran agama yang mengajarkan tentang keadilan dan kasih sayang terhadap anak-anak yang kehilangan satu atau kedua orang tua mereka. Dalam Islam, menyantuni anak yatim juga membawa berbagai keberkahan dan pahala yang besar bagi orang yang melakukannya.
Bahkan, dalam sebuah hadits, Saib bin Abdullah RA menceritakan bahwa ia datang kepada Nabi SAW, dan Rasulullah bersabda,
“Bersikaplah kepada anak yatim seperti seorang bapak yang penyayang.” (HR Bukhari)
Seorang Muslim yang menyayangi anak yatim selama hidupnya akan memiliki kedekatan dengan Rasulullah SAW. Nabi SAW menggambarkan kedekatan ini seperti jari telunjuk dan jari tengah.
“Bahwa aku dan orang-orang yang memelihara anak yatim dengan baik akan berada di surga, bagaikan dekatnya jari telunjuk dengan jari tengah, lalu Nabi mengangkat tangannya dan memperlihatkan jari telunjuk dan jari tengahnya, lalu ia renggangkan.” (HR Bukhari)
Dalam buku yang berjudul Dahsyatnya Doa Anak Yatim karya M Khallilurahman Al Mahfani juga menyebut keutamaan lain, yaitu termasuk golongan orang-orang yang taat. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al Insan ayat 8,
وَيُطْعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا
Artinya: “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.”
Selain itu, muslim yang menyantuni anak yatim juga akan diselamatkan dari siksa neraka di hari kiamat kelak. Sebagaimana Nabi SAW bersabda,
“Demi yang mengutusku dengan hak, Allah tidak akan menyiksa pada hari kiamat nanti orang yang menyayangi anak yatim, lemah lembut pembicaraan dengannya, menyayangi keyatiman dan kelemahannya.” (HR Thabrani)
Amalan di Hari Asyura
Di samping keutamaan menyantuni anak yatim, terdapat pula beberapa amalan yang dianjurkan untuk dilakukan pada Hari Asyura, di antaranya adalah puasa sunnah, sedekah, berzikir serta berdoa.
Puasa pada Hari Asyura juga dianjurkan sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT, dan diyakini dapat menghapus dosa-dosa yang terjadi selama setahun sebelumnya.
Dengan memahami sejarah 10 Muharram sebagai Hari Lebaran Anak Yatim, kita diingatkan akan pentingnya nilai-nilai sosial dan kepedulian terhadap sesama, terutama terhadap anak-anak yatim.
Semoga kebaikan-kebaikan yang dilakukan pada hari yang bersejarah ini dapat membawa berkah dan kemuliaan bagi kita semua.